Ibu Muslimah saat shooting wancara dengan sebuah stasiun TV. (Dok. Juragan Dodoll) |
Satu hal yang membuat hati para pembaca tersentuh mendengarnya, saat ibu Muslimah berhasil membuat Harun, masih ingatkah pembaca? Seorang anak bernama Harun dideskripsikan sebagai seorang anak disabilitas (berkebutuhan khusus) penderita down syndrome mengikuti kegiatan pembelajaran dan bermain bersama anak-anak normal lainnya. So, kesembilan anak Laskar Pelangi lainnya pun dengan tulus menerima kehadiran Harun. Itu bukan hanya di Laskar pelangi tetapi memang nyata pada zamannya.
Masih ingat di dalam ingatan kita, sosok Harun dalam tetralogi Laskar Pelangi, diceritakan sebagai anak disabilitas atau berkebutuhan khusus yaitu down syndrome, siswa kesepuluh penyelamat SD Muhammadiyah, Gantong, dikatakan anak kesepuluh dan menjadi penyelamat sekolah karena jika kurang dari sepuluh orang siswa, sekolah tersebut terancam tidak mendapatkan izin operasional.
Lantas, bagaimana ibu Muslimah dapat mendidik Harun sama dengan anak-anak lainnya?
Juragan Dodoll dan Ibu Muslimah |
"Jika suatu saat kita uji mereka salah menghitung, jangan ditertawakan. Kita bilang pandai dan jagoan, anak itu akan semakin dihargai," kata Muslimah, di lokasi replika gedung SD Muhammadiyah Gantong, Belitung Timur, 6 Juni 2015 yang lalu.
Ibu Muslimah juga mengingatkan kepada anak-anak Laskar Pelangi, siapa yang dapat membuat teman lainnya bahagia, maka ia akan mendapat pahala besar. Anak-anak Laskar Pelangi, kata ibu Muslimah, paling suka ketika mendengar kata "pahala". Saat itu, kata "pahala" dan "dosa" sangat mempengaruhi peserta didik. Akhirnya, pesan itu, diterjemahkan para siswa Laskar Pelangi.
Mendidik anak berkebutuhan khusus (disabilitas) khususnya down syndrome harus dilandasi dengan kelembutan dan penuh kasih sayang, yang lahir dari hati seorang jatidiri pendidik. "Dengan itu, mereka jadi percaya diri, merasa dihargai," kata Ibu Muslimah.
Tidak hanya mengajarkan tatacara tersebut kepada siswa Laskar Pelangi, Ibu Muslimah juga menularkan tipsnya itu kepada guru-guru seluruh Indonesia. Ia memaklumi dalam mendidik anak disabilitas down syndrome, tidak gampang. Maka, rasa kesabaran dan ketulusan wajib dimiliki oleh semua terutama para pendidik (guru).
Bagi Juragan Dodoll, setelah melihat kisah ibu Muslimah, ternyata jauh sebelum pendidikan inklusi diluncurkan atau didengungkan sekitar tahun 2005/2006 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ternyata ibu Muslimah atau khususnya SD Muhammadiyah Gantong sudah memelopori pendidikan inklusi. Tidak heran, jika judul di atas saya percaya Ibu Muslimah adalah tokoh guru pendidikan inklusi di Indonesia.
Setuju?
0 Response to "Bertemu dengan Ibu Muslimah, Tokoh Guru Pendidikan Inklusi"
Post a Comment
Juragan Dodoll Belajar Menulis yang Enak, Tidak Seenaknya Menulis. Juragan Dodoll menerima kritikan, saran dan komentar yang membangun. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, sebaiknya komentar yang dituliskan senantiasa berhubungan dengan isi (konten) tulisan. Mohon Maaf jika komentar Anda tidak segera muncul, karena harus melalui moderasi. Terima kasih, Anda sudah berkunjung di blog Juragan Dodoll. Salam